Seiring sejalan dengan niat memulai gaya hidup minimalis dan mengurangi sampah, langkah pertama yang saya coba adalah dengan mengganti pembalut sekali pakai menjadi pembalut kain. Di sini saya ingin bercerita tentang apa yang membuat saya memantapkan hati beralih ke pembalut kain setelah bertahun-tahun memakai pembalut sekali pakai tanpa masalah. Semoga setelah membaca artikel ini, kawan Mel’s Playroom juga jadi semakin yakin yah untuk beralih ke pembalut kain atau menstrual pad.
Kenapa memilih menstrual pad?
Sebelum lanjut saya ingin bercerita sedikit tentang kenapa dari sekian banyak produk ramah lingkungan yang reusable, saya memilih pembalut kain ini. Sebenarnya, selain pembalut kain saya juga sudah punya stainless straw dan reusable cotton pads. Hanya saja saya merasa dapat bercerita lebih banyak tentang menstrual pad atau pembalut kain ini.
Sebenarnya selain pembalut kain, ada produk pengganti pembalut sekali pakai lain yang lebih populer, yaitu menstrual cup. Dari beberapa sisi, menstrual cup memang memberikan sumbangsih lebih besar pada keramahan lingkungan. Namun karena pemakaiannya yang harus dimasukkan ke organ genital, tidak semua orang berani melakukannya. Meski sudah menikah, saya masih belum memiliki nyali untuk memasang suatu benda ke dalam tubuh saya. Maka dari itu pilihan saya jatuh pada menstrual pad yang secara rupa mirip dengan pembalut sekali pakai.
Pertama kali saya tahu tentang pembalut kain dari Lia Harahap, salah satu teman blogger saya, yang sudah lebih dulu mencobanya dan berbagi tentang pengalamannya beralih ke menstrual pad. Awalnya saya juga sempat tertarik ingin menggunakan pembalut kain saat masa nifas dan mencoba cloth diaper (clodi) sebagai pengganti popok sekali pakai. Namun ketika berpikir ulang, rasanya saya belum sanggup harus sering-sering mencuci sambil mengurus bayi kedua dan anak pertama yang sedang aktif-aktifnya. Ditambah juga tidak punya ART inap, jadi saya rasa akan kewalahan kalau memaksakan diri.
Akhirnya saya memutuskan akan mencoba pembalut kain ini setelah menstruasi datang kembali selepas menyusui. Lagipula periode menstruasi paling hanya memakan waktu 7 hari dalam sebulan. Beda dengan clodi yang akan berkesinambungan hingga si anak bisa buang air mandiri.
Pembalut kain merupakan produk zaman dulu yang dimodernisasi
Pembalut kain bisa dibilang bukan hal yang baru di era modern kini. Dulu sekali karena rasa penasaran, saya sempat bertanya ke nenek saya tentang produk apa sih yang digunakan oleh wanita zaman dulu ketika datang bulan? Nenek saya pun bercerita kalau wanita zaman dulu menggunakan kain perca yang dirancang sedemikian rupa agar dapat menampung darah haid. Dan tentu saja kain tersebut akan dicuci untuk kemudian dipakai lagi. Nenek saya lalu berkomentar,
“Zaman sekarang mah enak, sudah ada S**tex tinggal beli-pakai-buang. Nggak kayak zaman dulu, semua serba bikin sendiri.”
Ya, memang benar sih kehadiran pembalut sekali pakai terasa memudahkan semuanya dibanding zaman dulu yang bahkan baju untuk dipakai sendiri saja harus dijahit sendiri pula demi menghemat pengeluaran. Namun meski terlihat memudahkan, siapa sangka belum seabad kehadirannya pembalut sekali pakai ini sudah menimbulkan masalah lingkungan akibat tumpukan sampahnya. Apalagi material pembalut sekali pakai juga bukanlah bahan yang gampang terurai dan membutuhkan waktu setidaknya 500-800 tahun lamanya. Berdasarkan data yang saya baca dari website Sustaination, di Indonesia sendiri sampah pembalut sekali pakai saja bisa mencapai 26 ton setiap harinya! Belum lagi sampah jenis lainnya yang menggunung setiap hari.
Lantas apakah dengan beralih ke pembalut kain berarti kita sedang mengalami kemunduran sosial? Saya rasa tidak, ya. Meski idenya mungkin berasal dari zaman dahulu, konsep pembalut kain masa kini sudah pasti berbeda. Kecanggihan teknologi tentunya tetap memberikan sentuhan tersendiri dan kemudahan bagi penggunanya. Desain pembalut kain dibuat semirip mungkin dengan pembalut sekali pakai yang sudah biasa kita gunakan sehingga kita tidak sulit beradaptasi ketika memakainya. Perbedaan mendasar tentu saja pada bahan yang digunakan.
Selanjutnya saya akan menjabarkan 5 alasan yang akhirnya membuat saya mantap beralih ke menstrual pad.
Kelebihan menggunakan menstrual pad dibanding pembalut sekali pakai
1. Lebih ramah lingkungan
Sesuai namanya, pembalut kain masa kini memang terbuat dari bahan waterproof sehingga dapat menampung dan menahan darah haid agar tidak tembus. Maka dari itu sebenarnya dengan menggunakan pembalut kain, masih ada potensi terlepasnya mikro plastik pada saat pencucian. Tapi setidaknya pembalut kain membantu kita mengurangi timbunan sampah pembalut sekali pakai.
2. Bisa menghemat lebih banyak uang
Selain lebih ramah lingkungan, menstrual pad juga memiliki sisi ekonomis yang menguntungkan kita. Pasalnya 1 lembar pembalut kain bisa dipakai minimal selama 2 tahun. Agar lebih jelas berapa banyak uang yang bisa kita hemat, coba perhatikan tabel perhitungan berikut:
Nah, bisa dilihat kan perbandingan hematnya antara menggunakan pembalut sekali pakai vs pembalut kain. Lebih pilih mana kamu?
3. Bebas dari rasa gerah dan gatal serta lebih nyaman dipakai
Bahan kain yang lembut pada menstrual pad membuat saya merasa nyaman memakainya. Tidak ada lagi rasa gerah dan gatal yang biasa muncul ketika memakai pembalut sekali pakai.
Apakah pembalut kain juga tahan bocor seperti pembalut sekali pakai?
Selama pengalaman saya memakai menstrual pad, adanya bocor tipis di bagian samping celana dalam bisa saja terjadi jika pemasangan kurang pas. Sama halnya ketika memakai pembalut sekali pakai. Namun untuk kebocoran di bagian belakang, saya sama sekali nggak mengalaminya walaupun sedang heavy flow. Panjang pembalut kain kategori night yang berukuran 35 cm pun mampu menahan darah haid tanpa bocor semalaman. Lalu, untuk kategori day dengan panjang 27 cm juga mampu membuat kita bisa beraktivitas dengan tenang tanpa harus takut bocor.
4. Lebih sehat untuk jangka panjang
Selain lebih ramah lingkungan, beralih ke menstrual pad juga memberikan dampak kesehatan yang lebih baik untuk kita. Kenapa?
Dulu sekitar tahun 2009, saya pernah menjadi agen MLM sebuah produk pembalut sekali pakai ber-ion negatif yang diklaim mampu menjaga kesehatan area genital dari bakteri jahat dan bau tak sedap. Sebagai pembekalan, semua agen diedukasi dan belajar demo produk dengan membandingkan produk MLM vs pembalut sekali pakai yang dijual di pasaran. Uji coba produk dilakukan pada beragam merk, dan untuk memudahkan cerita, saya sebut saja merk X ya biar gampang.
Dari demonstrasi produk tersebut, terbukti bahwa ternyata isi pada pembalut merk X bukanlah kapas seperti dugaan masyarakat. Isi pembalut sekali pakai yang ada di pasaran rupanya terbuat dari kertas daur ulang yang di-bleaching dengan pemutih (klorin). Tahu dari mana? Karena isi pembalut tersebut hancur ketika direndam ke dalam air dan airnya berubah warna menjadi keruh. Beda dengan kapas yang apabila direndam air, serat-seratnya tidak mudah hancur dan air tidak seketika berubah warna. Fakta tentang pembalut sekali pakai mengandung klorin ini juga diperkuat oleh pernyataan dari YLKI, yang ikut mengajak konsumen untuk beralih ke pembalut kain agar lebih sehat.
Isi pembalut yang seperti demikianlah yang sebenarnya menjadi cikal bakal beragam masalah pada area kewanitaan hingga yang terparah adalah kanker serviks. Setelah tidak menjadi agen MLM tersebut, saya memang tidak lagi memakai produknya dan kembali menggunakan merk yang ada di pasaran. Hanya saja pilihan saya jatuh pada brand yang mengeluarkan pembalut super tipis dengan daya serap tinggi. Hingga akhirnya saya menemukan adanya produk pembalut kain ini.
Menggunakan pembalut kain yang bisa dicuci ulang seharusnya bisa lebih berdampak baik pada kesehatan area kewanitaan kita. Tentu saja kita tetap perlu rajin mengganti pembalut apabila sudah penuh.
5. Mudah dibersihkan dan bisa dicuci dengan mesin cuci
Ini mungkin pertanyaan yang cukup banyak terbersit di benak kita sebelum memutuskan beralih ke pembalut kain. Saya pun demikian.
Berkat bahan kain yang waterproof, membersihkan pembalut kain tidaklah sulit. Begitu dilepas, kita tinggal menyiram air ke pembalut dan darah kotor akan luruh semuanya tanpa kendala berarti. Paling hanya tersisa sedikit sekali noda pada pembalut dan bisa kita bersihkan dengan sabun atau deterjen. Setelah itu kita bisa rendam semalaman agar noda dan bau amis darah hilang sepenuhnya. Proses penjemuran juga sama dengan menjemur pakaian biasa.
Untuk perawatan jangka panjang, katakanlah setiap 6 bulan sekali, kita bisa merendam pembalut kain dengan baking soda agar sisa-sisa deterjen/ sabun yang tertinggal selama ini bisa terangkat semua dan pembalut kain akan lentur dan baru seperti sedia kala.
Tidak ada produk yang sempurna, pembalut kain juga memiliki kekurangan
Alasan-alasan di atas terdengar sangat positif ya, Bun? Tapi yang namanya produk pastilah tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan pembalut kain ini yang juga masih memiliki kekurangan. Hanya saja menurut saya kekurangannya tidaklah signifikan dan masih bisa diatasi. Apa saja kendala yang saya rasakan selama menggunakan pembalut kain ini?
1. Tidak adanya lem perekat
Ya, pembalut kain hanya dibekali dengan kancing pada bagian sayap sebagai pengait dan tidak ada lem atau perekat yang bisa membuatnya pakem di tempatnya. Kesulitan lebih terasa ketika menggunakan pembalut kain versi night dan harus buang air. Kita harus membetulkan kembali letak pembalut kain di bagian belakang agar tidak terlipat ke dalam.
2. Kurang travel friendly dan lebih cocok untuk pemakaian sehari-hari di rumah
Memang sih setiap produsen menyediakan wet bag sebagai penampung sementara pembalut kain apabila kita perlu melakukan penggantian saat sedang beraktivitas di luar rumah. Namun dengan kondisi WC modern saat ini, sepertinya tidak mungkin bisa kita bilas dulu di dalam kubikal WC umum dan lebih tidak mungkin kita membilasnya di wastafel umum kan? Sedangkan apabila kita harus menyimpan tanpa bilas di wet bag kok ya rasanya risih dan jorok, belum lagi aromanya kan. Hahaha… Kalau teman-teman sesama pengguna pembalut kain punya pendapat solutif tentang hal ini silahkan berkomentar.
Karena sifatnya yang kurang travel friendly inilah saya merasa kalau pembalut kain lebih cocok dipakai oleh kita yang aktivitasnya lebih banyak di rumah. Kebetulan juga kan sekarang masih masa pandemi dan kita bisa memanfaatkan momentum ini untuk mencoba beralih ke pembalut kain. Ketika harus beraktivitas di luar rumah, baru deh kita pakai pembalut sekali pakai agar lebih praktis.
Sudah siap beralih ke menstrual pad?
Meski mendukung pengurangan sampah sekali pakai, saya juga masih melihat kemampuan sendiri sampai di mana dan tidak ingin terlalu memaksakan diri. Saya yakin kontribusi sekecil apapun pasti tetap memiliki dampak walau belum terlihat dalam skala besar. Yang penting diri sendiri sudah mulai bergerak ke arah sana.
Beralih ke menstrual pad walau hanya untuk pemakaian di rumah pun tetap merupakan salah satu usaha kecil yang layak diapresiasi. Siapa tahu dari langkah kecil ini kita bisa menginspirasi orang sekitar, tetangga, keluarga, dan semakin banyak orang di luar sana sehingga bisa menekan angka sampah produk sekali pakai.
Jadi, apakah setelah membaca artikel ini kamu semakin yakin ingin beralih ke pembalut kain? Atau kamu malah lebih tertarik untuk mencoba menstrual cup? Buat teman-teman yang sudah mencoba salah satu atau keduanya, apa alasan kalian ingin beralih ke produk tersebut?
Di artikel mendatang, saya akan mengulas merk pembalut kain pilihan saya. Siapa tahu bisa menjadi referensi kalian. Tertarik?
Aku udah beralih pakai menscup sejak berbulan-bulan yang lalu dan enaaakkkk, biasanya area selangkangan iritasi kalo pake pembalut pas udah ganti menscup jadi lebih nyaman, no iritasi. Aku juga pengen coba menspad tapi agak males nyucinya, takut gak bersih😭
Aku pengen coba banget menstrual pad cuman takut nggak nyaman gitu.. masih butuh keberanian buat explore hal-hal mengenai perlengkapan untuk menstruasi :”)
Jujur aku pgn coba tapi aku rada ngilu bayangin pasangnya sama cucinya😂😂😂 pas dipake gak nimbul rasa sakit atau gak nyaman kan ce? :’)
selama ini masih belom kepikiran tapi setelah baca artikel kak Mel kayaknya bisa dijadiin pilihan yah, apalagi di rumah aja dan harusnya ada waktu lebih buat nyucinya sih.. nice info kak!
Udah lama banget pengen pake menstrual pad, tapi cuci-cucinya itu ya yang agak ribet. memang harus niat banget sih huhu
Udah lama pengen pindah pake menstrual cup, soalnya tiap bulan suka iritasi kulitnya pake pembalut biasa, mintanya yg mahal huhu
menstrual pad aja, lebih reasonable harganya hehe
Otw searching mens pad karna pengin mulai coba beralih dari yg sekali pakai biar gak boroooosss
udah banyak bertebaran local brand yang bikin mens pad lho
selama ini masih pake pembalut sekali pakai, simpel dan tinggal buang padahal sering di rumah juga. nice to try nih menstrual pad tapi aku belum siap pakenya. selain itu juga penyimpanannya kudu bener2 steril ya ☺️
Mba Mel, entah kenapa aku juga berpikir memasukkan sesuatu asing di vagina itu terdengar aneh makanya nggak berani pake menstrual cup padahal udah nikah 🙁 aku pun masih milih pembalut kain sih
Aku sudah beralih juga ke Menstrual pad! akhirnya setelah merasa sempet jijique karena takut bekas dan lain-lain malah aman aman aja! Kalau travelling engga keluar kota aku masih aman sih, soalnya dia lebih lama tahan bocornya dibanding yang sekali pakai hehehe
aku belum beralih sama sekali, meskipun sebenernya udah tergiur juga karena kulitku sering iritasi kalau pakai pembalut 🙁 jadi kudu cselektif cari pembalutnyaa.. mungkin kalau ama kain bisa lebih cocok ya
secara ga langsung kayanya dulu aku paka menstrual pad buatan sendiri krena emang merasa lebih hemat dan yakin bersih
Kepengen banget aku juga beralih ke mens pad. Soalnya lumayan boros ya pake pembalut disposable. Mana nyampahnya juga bebanin lingkungan. Kudu segera dieksekusi nih niatku pindah ke mens pad
Maju mundur banget ingin beralih ke menstrual pad ini…aku juga takut.
Dan pembalut kain, padahal uda punya beberapa dan terasa banget enaknya kalau make. Tapi belum berani kalau pas banyak-banyaknya.
Ada ukurannya yang sampai 35 cm juga kah, kak?
saya dulu pengen nyobain ini tapi belum berani pakai, masih belum nyaman mau pakainya. mungkin juga edukasi saya mengenai alat ini yang belum banyak jadi khawatir mau pakainya masih besar, tapi untuk alasan kesehatan pengen cobain
Keren banget kamu kak! Aku malah belum berani nih beralih menstrual pad atau menstrual cup.
Setelah baca semuanya, aku jadi penasaran dengan menstruasi pad kaya gini. Dulu aku tuh pernah waktu pertama kali menstruasi pake kain gtu karena kalau kata nenek menstruasi pertama gak boleh pake pembalut, skrng malahan udh ada yg lebih praktis dan lebih sehat ya. Bisa di pakai berulang kali mudah di cuci dan digunakan lagi. Thx infonya Kak!
Memang ya, menstrual pad lebih ramah lingkungan. Tapi saya masih takut sebenarnya mbak, cuma setelah membaca tulisan ini jadi tertarik. Thank ulasannya mbak.
saya lebih takut pakai mens cup daripada mens pad. soalnya mens pad kan mirip pembalut disposable biasa ^^
Ku setuju bila menstrual pad ini memang lebih cocok untuk penggunaan dirumah, lebih nyaman dan aman juga.
Apalagi untuk aku yang mens tidak terlalu banjir sekali setelah 2 hari lebih hemat pakai menstrual pad ini
Respect banget aku sama cewe cewe yang bisa konsisten pake menstrual pad, rela agak ribet untuk bersihin dan cuci, karena aku sendiri pengen banget konsisten pake, tapi susah banget apalagi menyangkut kerjaanku yang harus mobile, pindah sana sini. Semangat
Kalo mobile memang agak merepotkan sih kak. Gpp, semoga nanti suatu hari bisa coba pakai pembalut reusable ya kak. Semangat!
Sama kak. Menurutku kekurangan utamanya sih karena nggak travel friendly. Bingung kalo musti ganti pada gimana.. Memang lebih cocok buat di rumah aja ya
Yes, kalo Lia sih beneran travel pun dia bawa dan ganti dgn pembalut kain. Salut aku dengan konsistensinya 👍. Kalo aku pas travel mending disposable aja sih uda paling praktis 😂
Aku belum kepikiran sih untuk ke menstrual cup atau pembalut kain juga. Masih nyaman untuk yang sekali pakai sih mba
Iya gapapa kak, kembali ke kenyamanan masing2 sih. nggak bisa dipaksain juga hehehe…
wih keren udah mulai serius dengan sustainable ya mels 🙂 aku mau coba menstrual cup tp masih belum berani hahahaa
Aku pun belum berani pakai menstrual cup ci, pdhl lebih praktis dd segi cuci ulangnya. Tapi ya gitu deh, atut hahaha… Jdnya pilih pembalut kain.
Aku udah pakai menstrual pad dan lebih enak ternyata di bagian vagina juga. Cuma memang sayangnya lebih cocok untuk pemakaian sehari-hari dirumah. Ini otw mau belajar pakai menstrual cup.
Bener kak, buat traveling agak ribet karea belum tentu penginapannya ramah buat cuci2 hahaha. Menstrual cup praktis sih tapi aku masih takut pakainya.
Masih mikir mau coba menstrual pad atau si menstrual cup huhu 🙃. Still overthinking to figure out.
Menstrual cup yang gini aku belom pernah cobain kak, Masih mikir mikir nih untuk cobain tapi penasaran juga setelah baca tulisan kakak
Menstrual cup dan menstrual pad itu berbeda, jadi kamu lebih pengen coba yang mana nih?