Menjadi beauty blogger sering dikaitkan dengan gaya hidup boros dan hedon karena harus up to date dengan trend terbaru. Rasanya kontradiktif dengan kampanye sustainable living yang sedang marak digalakkan. Apa benar seorang beauty blogger nggak bisa hidup minimalis?
Konsep gaya hidup minimalis merupakan bagian dari kampanye sustainable living yang sedang marak digaungkan. Kampanye ini berangkat dari kelompok pemerhati lingkungan yang prihatin melihat kondisi sampah di dunia sudah pada taraf membahayakan ekosistem. Sebenarnya, apa sih gaya hidup minimalis ini?
Makna gaya hidup minimalis
Bertentangan dengan hedonisme, gaya hidup minimalis mengajak masyarakat untuk belajar menggunakan barang sesuai fungsi dan kebutuhan, serta tidak memiliki barang berlebih apalagi yang jarang dipakai. Misalnya kalau dalam bidang kecantikan, kita bisa memilih produk mandi 2in1. Bisa sebagai shampoo dan sabun mandi layaknya produk bayi. Saat ini cukup banyak juga brand lokal yang turut mendukung sustainable living dengan membuat produk serbaguna dan kemasannya ramah lingkungan serta bisa didaur ulang.
Di sisi lain, seorang beauty blogger biasanya identik dengan koleksi barang super banyak, baik dibeli sendiri atau dari kerjasama dengan brand. Sepintas mata, rasanya mustahil beauty blogger bisa menjalani gaya hidup minimalis, ya nggak?
Manfaat gaya hidup minimalis
Saya pun nggak menampik, sebagai bagian dari beauty blogger, saya juga memiliki koleksi produk yang lumayan banyak. Konsep gaya hidup minimalis ini terus terang menarik perhatian saya. Selain sesuai dengan ajaran Buddhisme yang saya anut, konsep ini juga memiliki sejumlah manfaat seperti:
- Menghemat pengeluaran dan ruang. Tempat penyimpanan yang tadinya diisi dengan barang-barang nggak terpakai, bisa kita alih fungsikan untuk barang lain yang lebih diperlukan. Nggak bikin berantakan ruangan. Selain itu, kita juga bisa lebih hemat dengan tidak membeli barang yang tidak perlu. Uang lebih tersebut bisa kita tabung atau investasikan untuk keperluan jangka panjang, misalnya uang kuliah anak yang tiap tahun naik drastis.
- Belajar mengendalikan diri dan berpikir ulang sebelum membeli sesuatu. Sebagai wanita, kita seringkali impulsif saat membeli produk. Dengan menanamkan konsep hidup ini, kita bisa menahan diri untuk tidak terbawa emosi saat membeli produk. Tanyakan pada diri sendiri: apakah produk ini sudah kita miliki? Kalau kita beli, apakah akan dipakai? Kapan terpakainya? Masih lama atau dalam waktu dekat?
- Berkontribusi dalam mengurangi sampah produk sekali pakai (less waste). Produk sekali pakai memang praktis, tapi menjadi sampah yang menumpuk dan membahayakan ekosistem. Lambat laun, sampah ini tentunya akan menggangu kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Tahu kan isu tentang mikroplastik dalam tubuh biota laut lalu kemudian kita konsumsi? Meski saya sendiri juga belum 100% say no to disposable things, saya sedang berusaha meminimalisir penggunaannya. Semisal memakai tas kain saat belanja ke supermarket, membawa sedotan dan alat makan sendiri jika kondisi memungkinkan, belajar menjadi vegetarian, dan beralih menggunakan menstrual pad.
Bisakah beauty blogger menerapkan gaya hidup minimalis?

Menurut saya pribadi seharusnya bisa jika kitanya memiliki niat. Secara makro saya belum benar-benar bisa menjalani gaya hidup minimalis, setidaknya dari aspek mikro saya mencoba mempraktekkan konsep tersebut. Dimulai dari barang-barang yang saya pakai secara pribadi, seperti produk perawatan kecantikan.
Apa yang bisa dilakukan beauty blogger untuk mendukung konsep gaya hidup minimalis?
1. Tidak selalu mengikuti tren kecantikan
Meski secara tidak langsung beauty blogger dituntut untuk cepat tanggap dan mengikuti tren, menurut saya bisa juga kok kita nggak selalu ikut tren. Kita, terutama beauty blogger pemula, nggak harus sedikit-sedikit beli produk terbaru. Walau memang benefitnya ikut tren adalah kita bisa grab the audience faster, tapi kalau hal itu malah bikin kita boros dan keuangan cekak, untuk apa? Kita bisa mulai mereview produk yang kita pakai sehari-hari tanpa harus melakukan pembelian berlebih kok.
2. Buat terobosan dengan menjadi beauty blogger yang mendukung sustainable living
Ingin menjadi beauty blogger yang anti mainstream? Dibanding mengikuti tren, mungkin kita juga bisa menjadi beauty blogger yang mendukung gerakan sustainable living dengan mengadopsi budaya hidup minimalis. Kesulitannya mungkin pada tawaran pekerjaan yang datang. Teman blogger saya, Lia Harahap, punya cara tersendiri dalam menyortir pekerjaan review agar bisa sejalan dengan prinsip hidup minimalis yang mulai dijalankannya. Bagaimana caranya? Silahkan baca di artikelnya yang berjudul Dilema Gaya Hidup Minimalis Sebagai Beauty Reviewer.
3. Tidak membeli produk yang sudah dimiliki
Cara lain agar beauty blogger bisa menjalani gaya hidup minimalis adalah dengan tidak membeli produk yang sudah dimiliki sebelum habis. Saya sendiri juga berpegang pada prinsip ini. Memang sih kadang produk baru di pasaran suka menggoda iman untuk dicoba, tapi kalau produk serupa masih ada, jadinya malah memenuhi space saja. Terlalu banyak produk juga berpotensi ada produk yang keburu kadaluarasa sebelum habis terpakai. Akhirnya uang yang kita keluarkan menjadi sia-sia. Jadi sebaiknya pakai produk yang sudah ada sampai habis.
Lalu gimana dengan pakaian? Dalam artikelnya, Lia juga sempat menyinggung hal ini karena kita sebagai beauty blogger juga kerap menerima undangan dari brand dengan ketentuan dress code tertentu. Terkadang, warna bajunya tidak kita miliki dan terpaksa beli.
Kalau dari sisi saya, saya ini orang yang paling jarang belanja baju. Dalam setahun, bisa dihitung dengan jari kapan saya belanja baju. Yang pasti, saya cuma belanja baju menjelang Imlek, selebihnya tergantung situasi dan kondisi. Kalau pas nggak sengaja lewat ada yang naksir berat, harga masih masuk budget dan model/ warna belum ada baru saya bungkus. Sejauh ini, saya cuma baru sekali beli baju karena event. Kalau ada baju yang saya bisa pinjam sama keluarga ya saya pinjam. Toh cuma pakai sesekali. Selebihnya, saya memilih untuk merawat pakaian agar tetap awet sehingga kita tidak terdesak untuk selalu beli baju baru.
4. Menyortir produk yang dimiliki
Dalam periode tertentu, setidaknya 3 bulan sekali, saya menyortir produk apa yang nggak terpakai lagi. Saya juga nggak suka menumpuk barang. Barang yang saya sortir biasanya mencakupi pakaian, tas, sepatu, dan produk kecantikan.
Lalu, barang-barang yang disortir tersebut bisa kita perlakukan sebagai berikut:
- Dibagi ke keluarga dan teman
- Dijadikan giveaway – kalau produknya masih baru. Saya suka nggak enak hati kalau mengadakan giveaway tapi produknya bekas pakai.
- Membuka kesempatan adopsi bagi beauty blogger yang mau review tapi terkendala biaya atau takut sudah beli tapi nggak cocok. Nah, ini biasanya produknya sudah pernah saya pakai tapi enggan saya lanjutkan sampai habis. Bisa karena alasan kurang cocok atau lebih suka dengan produk lain. Apa yang saya berikan untuk adopsi bukan berarti produknya jelek.
- Preloved – kalau produknya itu saya beli. Sementara jika produknya pemberian brand, saya sendiri sampai sekarang sih belum pernah preloved. Alasannya karena hati nurani saya rasanya nggak sampai hati mengambil uang dari produk yang saya dapatkan secara gratis (apalagi ada yang paid promotion).
- Disumbangkan – khusus untuk produk-produk makeup yang sudah kadaluarsa, bisa kita sumbangkan kepada perias jenazah. Teman-teman bisa mencari info sendiri ya jika ingin melakukannya.
Dalam memperlakukan barang sortiran dari brand juga ada etikanya. Janganlah produknya baru 1 bulan kita promosikan, lalu langsung diberikan pada orang lain. Setidaknya berikan jeda 3 bulan sebelum kita memberikan produk dari brand kepada orang lain. Soal ini sudah pernah pula disinggung dalam artikel saya yang berjudul Cara Agar Beauty Blogger Bisa Diajak Kerjasama dengan Brand.
5. Mengelola sampah produk
Nah, menggunakan produk pasti nggak bisa lepas dari yang namanya sampah. Sampah-sampah ini bisa kita kumpulkan dan berikan ke depo daur ulang. Saya sendiri belum menjalankan bagian ini karena satu dan lain hal. Selain itu, di masa pandemi seperti sekarang ini, saya pun jadi lebih banyak belanja secara online. Sampah plastik jadi tak terhindarkan. Jika saya menemukan seller yang eco-friendly, pasti saya akan dukung dengan membeli produk dari tokonya.
Cara lain dalam mengelola sampah adalah dengan menggunakan kembali botol kemasan yang sudah habis. Misalnya menggunakan botol bekas face mist untuk diisi hand sanitizer. Botol dengan pompa diisi ulang sabun cuci tangan atau kemasan jar bekas pelembab dijadikan pot mini dan sebagainya. Kalau misalnya sampah tersebut berupa baju yang tidak ingin kita pakai lagi, bisa juga kita jadikan peluang bisnis baru, seperti bisnis baju tie-dye yang sedang tren.
Jika beauty blogger menerapkan gaya hidup minimalis, bagaimana dengan suplai konten?

Untuk konten blog, kita bisa mencari opsi dengan membuat konten tentang tips kecantikan terbaru atau menanggapi tren kecantikan yang sedang berlangsung dari sudut pandang pribadi. Contohnya seperti artikel yang sedang teman-teman baca ini. Selain itu, bisa juga dengan menyadur dari berbagai sumber terpercaya untuk dijadikan artikel kecantikan.
Sekarang ini, kehidupan blogger juga nggak bisa lepas dari Instagram sebagai personal branding dan untuk ‘menarik’ brand agar mau bekerjasama dengan kita. Kita ‘dituntut’ untuk setidaknya konsisten menggunggah konten dan meningkatkan engagement rate Instagram agar terjangkau oleh radar brand. Kalau kita menjalankan gaya hidup minimalis, bagaimana dengan asupan konten di Instagram?
Kalau sedang tidak ada project baru, saya biasa menggunakan koleksi produk yang sudah ada untuk dijadikan konten. Saat ini di Instagram juga ada tema hashtag mingguan yang bisa kita ikuti. Misalnya #minimonday, #texturetuesday, #whitewednesday, #towerthursday, dan #friyayfaves. Kita bisa berkreasi dengan produk yang kita punya, nggak harus dengan produk baru. Atau kalau kamu penggemar makeup, kamu bisa berkreasi membuat konten makeup yang unik dan jarang ada. Sebagai pengganti up to date produk kecantikan, kita bisa up to date dengan tren konten yang sedang hype.
So, itu dia pemikiran saya tentang kemungkinan beauty blogger bisa menjalani gaya hidup minimalis. Bagaimana menurut teman-teman?
Aku setuju banget! Sekarang aku makin ngelihat fungsi dan manfaat produk juga. Apakah memang aku butuhkan, atau cuma pengen aja? Aku juga sama kayak kamu, menyortir beberapa produk yang tidak terpakai, atau tidak cocok sama aku. Sayang soalnya kalau akhirnya kadaluarsa. Anyway, thanks sharingnya ya 🙂
Sama2 kak. Makasih udah mampir. Semoga bermanfaat hehe
preloved dijual bakal banyak yg beli loh. apalagi kalau dari blogger kondang yg bisa review hasil.pemakaiannya. kan beda2 tuh hasil tiap kulit, bs jd perbandingan
Gaya hidup minimalis sebenarnya baik buat diri sendiri dan semua orang, parahnya aku baru baru ini menerapkan gaya hidup ini sama diri sendiri
Bisa coba nih hidup
Minimalis soalnya kadang suka pengen coba skincare baru terus
Untuk review aku juga ngga semuanya musti beli lalu aku review . Kalo begitu bisa gempor keuangan ya ehehe. Setuju nih aku sama artikel mu Mba, kita pun sebagai blogger perlu juga hidup minimalis
Aku juga udah nggak ngikutin trend lagi. Tapi masih susah buat nolak diskonan ahaha. Biasanya bakal tetep beli walau aku punya produk serupa :”D
Baru mau nyoba nggak laper mata sama warna2 baru makeup yang lagi trend, semoga aku bisaaa juga
Udah setahun terakhir ini aku mencoba lifestyle minimalism ini, beb. Awalnya aku tahu tentang gaya hidup ini dari Raditya Dika. Eh, trus ya kan makin penasaran, cari tau sana-sini, baca² artikel ini-itu terkait minimalism ini. Ternyata emang bermanfaat banget dalam kehidupan. Barang2 yg mubazir jadi berkurang banget. Pikiran juga jadi lebih plong.
saya termasuk tipikal orang yang sustainable living ini, serba minimalis, termasuk barang-barang yang dimiliki, isi kamar, pakaian, kecantikan, kebutuhan lainnya. kurang suka aja punya banyak barang apalagi jarang dipakai, selain boros juga kayak merasa merusak kesehatan bumi kita ini. memang belom maksimal sih gaya hidup minimalisku, at least sudah dilakukan beberapa hal dan semoga bermanfaat buat bumi kita
aku udah setahun terakhir jarang belanja produk lagi, kalau dulu sering sekali skrg kalau benar2 pengen aja 🙂 sisanya pemberian dari brand, keluarga atau teman
Sejak awal tahun 2020 ini aku juga udah coba gaya hidup minimalis beb, lmyn bgt kamar jd agak luang krna tumpukan makeup berkurang. Aku bner2 hanya beli makeup dan skincare yg ak butuhin . Ak jg sortir makeup yg ga ak pake buat ak kasih ke saudara yg mau pake ?