Semakin banyak produk kosmetik beredar, semakin banyak juga klaim produk berseliweran. Namun, apakah semua klaim produk tersebut valid dan sahih adanya? Yuk, saatnya jadi konsumen cerdas dengan belajar memahami pentingnya kredibilitas produk agar tidak mudah tertipu klaim palsu, ya Mates!
Kata orang, selalu ada berkah dibalik musibah. Kemunculan pandemi COVID-19 malah justru menedorong pertumbuhan industri kosmetik lokal. Berasa kan ya kalau sekarang ini banyak banget muncul brand-brand skincare dan makeup lokal setiap harinya? Saya pribadi turut senang melihat pertumbuhan tersebut karena tandanya produk karya anak bangsa semakin kuat, layak tampil, dan bisa bersaing dengan produk impor. Tapi sebagai konsumen, kita juga harus cerdas untuk bisa memilih mana produk yang kredibel dan terpercaya. Terpenting kita memahami masalah kulit sendiri dan memastikan produk yang akan kita pakai memang ditujukan untuk mengatasi masalah kulit tersebut, bukan sekadar ikut-ikutan trend yang belum tentu cocok dengan masalah kulit kita.
Klaim adalah indikator utama kredibilitas produk
Sekarang saya mau tanya sama Mates deh, biasanya kita beli suatu produk faktor utamanya karena klaim, bukan? Dalam klaim, ada sebuah “janji” yang diberikan oleh produsen bahwa produk ini bisa memberikan manfaat ata mengatasi masalah yang dialami. Ya, kan? Klaim juga diciptakan untuk menjadi daya tarik agar suatu produk memiliki keunggulan dan berhasil memikat konsumen. Namun, produk yang kredibel bukanlah yang menyematkan klaim secara asbun–asal bunyi. Klaim pada produk merupakan alat marketing yang sangat powerful karena menyangkut kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Maka dari itu, klaim produk harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sejatinya, klaim produk harus didasarkan pada riset dan pengujian yang akurat agar tidak menyesatkan konsumen. Untuk itu, dibutuhkan satu lembaga independen dan netral yang bisa menguji kelayakan suatu produk sebelum akhirnya bisa dipakai konsumen. Dan bahkan setelah lulus uji dan layak pakai pun, produk tersebut masih bisa diuji lagi sebagai bentuk evaluasi atas kinerjanya dan untuk pengembangan inovasi ke depannya.
Kenalan dengan SKINPROOF, lembaga riset kosmetik independen
Untungnya saat ini lembaga tersebut sudah ada dan bernama SKINPROOF, yang bernaung di bawah PT Derma Asia Lab, yang merupakan anak perusahaan Arya Noble Group. Yup, SKINPROOF ini masih saudaraan dengan brand seperti ERHA, Dermies, Derma Xp, dan sebagainya. SKINPROOF merupakan lembaga usaha yang bergerak di bidang riset konsumen dan pengujian produk di industri kosmetik, kecantikan, wellness, dan personal care serta sudah berdiri sejak tahun 2017.
Singkatnya, tugas SKINPROOF adalah melakukan riset dan evaluasi produk untuk memastikan bahwa kandungan yang tertera pada informasi produk sudah benar sesuai dengan kadar yang tepat dan memberi hasil pada penggunanya. Untuk menjalankan tugasnya, SKINPROOF didukung oleh tenaga ahli dan lebiih dari 8.000 panelis di kota-kota besar sebagai penunjang data riset yang valid.
Mengutip sambutan dari Alfons Sindupranata, CEO Arya Noble, pada acara blogger gathering di kantor pusat Arya Noble (14/3), SKINPROOF bergerak secara indenpenden dan netral sehingga integritasnya tidak perlu diragukan lagi. SKINPROOF juga berkomitmen untuk terus mengedukasi end consumer mengenai permasalahan kulit beserta kandungan produk yang menunjang kesehatan kulit. Dengan ini diharapkan para calon konsumen bisa lebih paham tentang kredibilitas produk dan memilih produk yang tepat sesuai dengan masalah kulit yang dihadapi dan skin goals yang ingin dicapai.
Saat ini SKINPROOF telah bekerjasama dengan beberapa brand skincare lokal ternama seperti SOMETHINC, WhiteLab, ERHA, Wardah, dan PASEO untuk melakukan serangkaian riset mulai dari consumer insight, cosmetic claim support, sensory research, hingga layanan konsultasi dan regulasi produk kosmetik. SKINPROOF sendiri berharap dengan kehadiran mereka bisa menjadi salah satu acuan konsumen dalam menilai kredibilitas produk, bahwa produk yang sudah lolos uji dari mereka benar-benar layak dipercaya dan aman digunakan. Hal ini turut ditekankan oleh Apt. Theresia Sinandang, S. Farm, Head of SKINPROOF yang turut hadir sebagai narasumber dalam acara blogger gathering tersebut.
Tak hanya dari sisi kepercayaan konsumen, kalau sekiranya ada Mates yang tertarik membuat brand kosmetik sendiri dan membutuhkan lembaga riset untuk menguji kelayakan produk, nah kalian bisa nih bekerjasama dengan SKINPROOF. Kalau mau tahu selengkapnya, bisa mampir ke website mereka juga ya di sini.
Tren bahan aktif masa depan
Dalam sesi SKINPROOF Workshop: The Importance of Product Credibility, saya juga mendapat informasi terbaru tentang tren bahan aktif skincare di masa depan, yang dipaparkan oleh Apt. Ike Indrawati, S. Farm, Cosmetict Scientist, terutama untuk mengatasi masalah kulit dermatitis atopik, stressed skin, dan penuaan. Setidaknya ada 4 bahan aktif yang disampaikan oleh Ike, yakni:
- AD-Resyl® untuk mencegah tanda-tanda klinis dermatitis atopik
- Bel-eventâ„¢ untuk meredakan efek stress pada kulit
- Algaktiv Genofix Nite® untuk mengoptimalkan pemulihan dan perbaikan sel-sel kulit di malam hari
- Adeplump untuk membuat kulit lebih kenyal dan sehat
Hingga saat ini, belum ada sih brand skincare lokal yang menggunakan keempat bahan aktif tersebut. Apakah Mates mau jadi yang pertama? Nanti bisa kerjasama dengan SKINPROOF ya untuk validasi produknya. Hehehe…