Ada planner, ada juga bullet journal (bujo). Apa sih beda keduanya? Yuk, simak penjelasan saya tentang bedanya planner vs bullet journal sebelum kalian menentukan ingin memakai yang mana.
Planner vs Bullet Journal
Bagi teman-teman yang mengikuti Instagram saya, pasti kalian akan mendapati bahwa 2 bulan terakhir ini saya memposting bullet journal untuk bulan November dan Desember. Sementara itu, di blog ini saya masih membahas seputar planner dan tidak menyinggung soal bullet journal (bujo).
Sebenarnya sudah diagendakan kok kalau saya pasti akan membuat artikel tentang bullet journal ini, tapi memang pertamanya saya membahas soal planner karena itu yang saya gunakan di awal. Belakangan, ketika tengah mencari-cari ide tentang planner, saya menemukan banyak juga orang yang menggunakan bullet journal instead of planner. Sudah begitu, bujo-bujo yang diposting sangatlah menarik dan indah dipandang mata berkat doodle dan hand lettering yang cantik. Saya pun jadi tertarik dan mulai mencari tahu lebih dalam tentang apa itu bullet journal, lalu mencoba mempraktekkannya di 2 bulan terakhir ini.
Jadi, mari langsung saja kita ulas apa perbedaan planner vs bullet journal ya! Sebagai info, apa yang akan saya bahas berikut ini adalah berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang saya lakukan ya serta dalam konteks penggunaan sebagai seorang blogger.
Planner
Sejatinya planner dan bujo sama-sama digunakan untuk mencatat perencanaan atau jadwal kita sehari-hari. Namun, ada anggapan bahwa planner bukanlah bujo sedangkan bujo bisa menjadi planner. Kenapa demikian?
Planner atau agenda biasanya sudah dibuat pre-made alias sudah tercetak demikian adanya dan cenderung tidak bisa kita kustomisasi. Pada umumnya di dalam planner sudah tersedia agenda bulanan, mingguan atau harian, catatan keuangan, dan bagian catatan/ notes tersendiri. Jika kita membeli planner, kita tinggal mengisinya saja dengan jadwal tanpa perlu membuat layout dari awal.
Fixed Planner
Di luar negeri ada beberapa merk planner yang terkenal, sebut saja Erin Condren, Happy Planner, Passion Planner, Mosery Co., Hobonichi, dll. Range harga mereka terbilang mahal, yakni di atas $30.
Kenapa harga planner cenderung mahal? Karena isi planner itu sudah pre-made, harganya pun cenderung lebih mahal dibandingkan bullet journal. Untuk di luar negeri, harga tersebut mungkin sebanding dengan pendapatan mereka, tapi kalau dirupiahkan harganya menjadi lumayan mahal. Jika kamu punya budget lebih dan berniat import, hal tersebut sangat mungkin dilakukan. Namun, untuk kita yang budget-nya terbatas, membeli merk planner di atas rasanya agak mustahil. Solusinya paling membeli undated planner yang banyak tersedia di toko buku/ stationary seperti Gramedia atau online shop.
Custom Planner
Sekarang ini di Indonesia juga sudah ada online shop yang menjual hybrid planner, seperti: Paperielab, Milk and Honey, Chic and Darling, My Book Binding, Leon Paperworks, Dunia Notebook, dll. Kenapa saya bilang hybrid? Soalnya mereka ini bisa menyediakan planner + sisipan halaman kosong yang bisa digunakan sebagai bullet journal. Untuk tahun 2020 nanti, saya juga menggunakan konsep hybrid planner yang saya bikin di Dunia Notebook. Penasaran seperti apa? Tunggu tahun depan ya, nanti saya buatkan artikelnya beserta alasannya :D.
Printable Planner
Mau planner versi low budget? Ada juga dong. Cukup modal laptop dan printer, kamu bisa dapetin free printable planner inserts. Mengenai hal ini, silahkan baca artikel saya yang berjudul DIY Blog Planner. Hanya saja kelemahan printable ini biasanya sulit menemukan bundle yang sesuai dengan kebutuhan saya sebagai seorang blogger. Pernah membeli printable planner di Etsy, tapi tidak semua bagian terpakai oleh saya, jadinya agak sayang. Karena alasan inilah, akhirnya saya putuskan untuk mencoba membuat bullet journal.
Karena sifatnya yang praktis, planner cocok digunakan bagi kalian yang punya aktivitas padat dan hampir tidak ada waktu luang untuk menggambar bullet journal. Bahkan kalau misalnya kamu nggak sempat untuk ngeprint atau nggak punya printer untuk cetak printable planner ini, kamu bisa kok download file dan kirim ke percetakan, seperti misalnya cetak di Prima Graphia.
Supaya lebih jelas plus-minus dari menggunakan planner, berikut ini saya rangkum dalam bentuk tabel ya:
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
Layout sudah tersedia, pengguna tinggal mengisi tanpa perlu setup tiap bulan | Layout tidak bisa dikustomisasi. Jika ada halaman/ bagian yang tidak terpakai akan kosong sia-sia |
Cocok untuk orang yang punya aktivitas padat | Harga cenderung lebih mahal |
Desain planner biasanya lebih menarik dan terlihat profesional | Ruang berkreasi dan jumlah halaman kosong lebih terbatas dan belum tentu dapat mengakomodasi kebutuhan kita |
Bullet Journal
Bullet journal merupakan sebuah sistem perencanaan yang dibuat secara analog untuk mengatur jadwal kita agar lebih teratur dan terlacak dengan baik. Sistem ini dikembangkan oleh Ryder Caroll, seorang desainer digital yang berasal dari Amerika. Saat ini penjelasan lengkap tentang sistem bullet journal sudah dibukukan olehnya. Bullet journal pada intinya juga digunakan sebagai planner, hanya saja yang membedakannya adalah pada komponen berikut ini.
Isi halaman sesuai kebutuhan
Yap, inilah perbedaan utama antara bullet journal dengan planner. Isi bullet journal bisa kita custom sesuai kebutuhan kita dan bisa diperbaharui setiap bulannya. Dengan demikian kita pun bisa mengevaluasi apakah ada bagian yang tidak terpakai oleh kita dan tidak perlu kita buatkan lagi di bulan depannya? Misal di bulan November lalu, saya membuat halaman untuk PR gift list, tapi ternyata tidak terpakai. Jadi di bulan Desember saya tidak buatkan lagi halaman tersebut dan bisa diganti dengan yang lain. Isi bujo lebih bersifat fleksibel dibanding planner, sehingga istilahnya tidak ada halaman yang sia-sia.
Saya menggunakan bullet journal untuk mengatur kegiatan sehari-hari dan job freelance, tentu saja isinya lebih banyak berkaitan dengan pekerjaan. Dalam bujo saya tidak ada yang namanya mood tracker, habit, tracker, sleep tracker, atau tracker lainnya yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Selain itu, saya pun tidak memiliki banyak waktu untuk rutin mengupdate tracker demikian karena harus mengurus 2 bocah dan menyelesaikan pekerjaan juga. Pada artikel mendatang, saya akan bocorkan apa saja isi bujo yang saya pakai ya, supaya nggak kepanjangan. Nanti kalian bosan baca artikel ini 😀
Modal lebih murah
Yes, modal untuk bikin bullet journal ini sebenarnya lebih murah daripada planner. Cukup bermodalkan 1 buah buku dan 1 buah pena. Jika kamu tertarik menghias dengan brush pen, spidol, washi tape, sticker, itu sifatnya opsional dan bisa disesuaikan dengan budget kamu. Intinya cukup modal 1 buku apapun dan 1 pena kamu bisa berkerasi membuat bujo. Mengenai alat yang diperlukan untuk mengkreasikan bujo ini nanti akan saya buatkan artikel tersendiri beserta rekomendasi tokonya, mau nggak kira-kira? 😀
Butuh dedikasi waktu
Biasanya pengguna bujo dapat berkreasi dengan membuat tema setiap bulannya sehingga isi bujo lebih hidup, bervariasi, dan menambah semangat si pengguna. Maka dari itu, pengguna bujo biasanya harus memiliki waktu tersendiri untuk membuat bujo di setiap bulannya.
Biar adil, saya rangkumkan juga ya kelebihan dan kekurangan si bullet journal ini:
Kelebihan | Kekurangan |
---|---|
Fleksibel. Isi halaman bisa disesuaikan dengan kebutuhan | Butuh waktu khusus untuk setup dan mendesain bujo |
Modal relatif lebih murah | Lebih cocok untuk yang memiliki waktu luang |
Ruang berkreasi lebih luas karena dibuat sesuai kebutuhan kita | Satu buku bujo belum tentu dapat mengakomodasi kebutuhan selama 1 tahun. Bisa jadi perlu ganti buku di pertengahan tahun |
Cocok untuk kita yang punya jadwal fleksibel |
Kesimpulan
Nah, setelah melihat perbandingan planner vs bullet journal ini, kira-kira mana nih yang cocok dengan kebutuhan kamu? Apakah ada yang pernah menggunakan salah satu atau bahkan keduanya? Sharing juga dong pengalamanmu, siapa tahu ada yang bisa ditambahkan mengenai kelebihan dan kekurangannya. Saya tunggu ya! Nggak usah malu-malu hehehe…
Anyway, thank you for reading and see you in the next post!
Saya dulu suka bullet journal karena fleksibel. Tapi di jaman digital saya pake app di smartphone yang ada remainder-nya.
Btw (pendapat saya saja) ukuran font di blog ini perlu diperbesar agar ramah dengan mata.
Salut dengan orang yang rajin isi planner maupun jurnal seperti ini. Aku tuh gak rajin..beberapa kali dapat goodiebag ini, kukasih ke anak-anak aja. Selama ini hanya mengandalkan ingatan hehe.
Ternyata aku tim planner, jadi ngisi2 kotak yang udh ada dengan rencana aktivitas biar ga lupa mau ngapain dan kemana selama 1 bulan. Aku seneng permainan warna dari bolpoin warna yang banyak. hihihihi. Jadi moodbooster tersendiri.
Aku prefer Bujo. Dulu banget paki planner, tapi kok rasanya ngga bebas. Kalo Bujo aku bisa gambar² ehehe
kalu ngeliat bullet jurnal yang lucu-lucu pengennya customized, tapi mikirin bikinnya konsepnya apa segla macemnya kok kayak ribet ya wakakakakak akhirnya beli fixed planner aja dah
Mbaa, aku belum pernah nyoba planner atau bujo. Kayaknya aku biasa coret di buki aja gtapi ga hias hias gitu. Mau nypba ah biar lebih apik
Kayaknya lebih leluasa yang bullet journal ya mba. Kita bisa ngapain aja bebas. Bisa digambar-gambar, tempelin stiker, label dsb
Iya bener banget mba. Apalagi kalo emang demen doodling, bujo is the right choice ?
Menarik ini mbak, walaupun saya gak pernah bikin catatan di planner khusus. Tapi sepertinya saya tertarik bikin bujo krn punya buku yg bisa dibuat planner dri Wardah
Ayo bikin mba. Biar lebih semangat dan produktif ?
Karena aku bukan termasuk orang yg kreatif maka aku memilih planner saja . Karena ketika harus bikin bujo kayaknya akan lebih susah untukku hehe
Yang penting tugas2 kita ga terbengkalai ya mba dan ttap produktif pastinya ?
saya akan coba bikin bullet journal mengingat saya jg gak bs mudah ingat lalaj gak pakai acara gambar menggambar.dg begini apa yg ingin saya lakukan akan lebih mudah tercapai. makasih yaa ulasannya, saya jd tahu jurnal apa yg harusnya saya pakai
Fungsinya sama ya planner dan bullet journal ini, hanya gayanya aja yang beda. Saya kayaknya lebih cocok pakai bullet journal, soalnya formatnya bisa saya tentukan sesuai kebutuhan saya sendiri. Tapi saya jelas nggak main hand lettering kayak contoh di atas itu. Nulis biasa aja, nggak pakek dihias-hias :))
Yup intinya sama kak. Cm beda format aja. Yang satu uda pakem, yg satu fleksibel. Hehe.. aku juga blm bs2 banget hand lettering, tp tertarik belajar aja. Kinda challenging ?
kamu sekarang rajin bikin postingan tentang planner ya mels, rajin 🙂 aku sih selama ini lebih cocok pakai bujo soalnya kalau planner terlalu kaku di aku, sedangkan aku orangnya moody, kadang nggak mau nulis maunya gambar2 hahaha dan suka bikin quote2 di sela2 halamannya 🙂
Lagi menarik perhatian aku sih ci. Jd lbh banyak explore ttg bujo ini ?. Abis ini malah berencana mau bikin skinker & mekap jurnal, tujuannya sih sekalian stock opname biar tahu punya barang apa aja dan pilah2 mana yg bs dijadiin giveaway ?. Kalo ga barangnya byk banget dan nanti ada yg lupa terpakai ?