Review Drama One and Only versus Novelnya

drama one and only

Drama One and Only dan Forever and Ever merupakan serial yang diadaptasi dari novel karya Mo Bao Fei Bao berjudul One Life One Incarnation: Beautiful Bones. Novelnya sendiri sangat populer di negeri Tiongkok sana hingga akhirnya dijadikan 2 serial drama. Apa sih yang membuat cerita ini spesial banget?

Saat ini, drama One and Only sendiri menempati posisi 5 besar dalam kategori trending drama di platform iQiyi Indonesia. Maka dari itu, untuk review kali ini saya sengaja tulis dalam bahasa Indonesia. Semoga tulisan saya ini bisa dinikmati oleh kawan Mel’s Playroom penggemar drama Tiongkok.

Setelah terakhir kali menulis review tentang 3 drama heroik, saya sempat menonton beberapa drama lainnya tapi tidak sampai merangsang hati untuk menulis reviewnya, kecuali yang satu ini. Saya tidak sengaja mendapati teaser drama Forever and Ever yang bertebaran di media sosial, hingga akhirnya penasaran dan memutuskan untuk menontonnya. Lalu kemudian kepi dengan prekuelnya, drama One and Only ini.

Saya sendiri bukanlah penggemar Allen Ren (Ren Jia Lun). Tahu banyak drama-drama yang dia bintangi sebelumnya, namun tidak sampai menggugah hati ingin menontonnya. Baru pada drama Forever and Ever ini saya sungguh hati mau menontonnya (dan sabar dengan adegan romantis yang agak kurang menggigit).

Sementara untuk female lead-nya Bai Lu, saya pernah menonton dramanya Love Is Sweet bersama Luo Yun Xi dan menyukai aktingnya, jadi ingin melihat lagi aktingnya di sini. Ada drama Bai Lu juga yang rilis sebelum drama ini, Song of Youth, tapi baru nonton episode 1 sudah tidak ingin melanjutkan lagi.

Drama Forever and Ever merupakan sekuel dari drama One and Only yang sudah tayang dan tamat duluan. Keduanya bersumber dari 1 buku novel yang sama hanya dipecah menjadi 2 serial drama agar kita lebih paham mengikuti alur ceritanya. Keputusan yang manis menurut saya, karena kalau dijadikan dalam 1 drama pastinya agak membingungkan dan meribetkan tim produksi yang harus mengatur set zaman dulu vs zaman modern.

Trivia:

  1. Meski drama One and Only tayang lebih dulu, tapi ternyata proses syuting drama Forever and Ever yang jalan duluan, baru disusul One and Only. Saya terkejut dengan pola syuting terbalik ini sih.
  2. Drama Forever and Ever dan drama One and Only memang dibintangi oleh pemeran utama pria dan wanita yang sama, tapi memiliki tim produksi yang berbeda, bahkan sutradaranya pun beda, kecuali screenwriter-nya yang memang di-handle langsung oleh sang penulis novel, Mo Bao Fei Bao.

Spekulasi saya adalah untuk mempercepat proses produksi. Jadi, ketika tim drama Forever and Ever sedang proses syuting, tim drama One and Only bisa menyiapkan pra-produksi. Ketika drama Forever and Ever sudah selesai syuting, para pemeran bisa langsung lanjut syuting drama One and Only tanpa menunggu lama.

Selanjutnya saya akan membahas tentang One and Only versi novel dan drama ya. Saya memang nggak nonton, tapi mengikuti alur ceritanya dengan membaca rekap episode di blog Cyn Lynn. Jadi, saya akan coba mengupasnya berdasarkan informasi yang saya dapat.

Baca juga:  Too Late To Say I Love You Drama Review: A Forced Happy Ending

One and Only versi novel

drama one and only

Alur cerita drama One and Only sendiri sebenarnya hanyalah berupa kilasan masa lalu dari tokoh utama wanitanya, Shi Yi, yang dikembangkan dengan lebih detil dalam versi drama. Dalam novel diceritakan bahwa Shi Yi yang terlahir di zaman modern ini memiliki ingatan akan kehidupan lampaunya sebagai Cui Shi Yi, putri satu-satunya dari keluarga bangsawan terhormat dan merupakan calon permaisuri.

Catatan: Shi Yi di masa lampau memang bermarga Cui, sedangkan di zaman modern ia bermarga Shi. Namun arti namanya tetaplah sama, yakni Tepat Pada Masanya.

Pada kehidupan lampaunya itu, Cui Shi Yi terlahir bisu dan jatuh cinta pada gurunya, Zhousheng Chen, yang juga bergelar Pangeran Kecil Nanchen (selanjutnya ditulis P. Nanchen). P. Nanchen sendiri juga sebenarnya punya perasaan terhadapnya. Namun sayang seribu sayang, status Cui Shi Yi adalah murid sekaligus calon putri mahkota. Jika dia sampai terlibat skandal, tentu akan menyusahkan banyak pihak. Selain itu, dia juga merupakan seorang jenderal perang yang memimpin 700ribu pasukan. Bisa dibayangkan akibatnya jika dia keras kepala memilih Shi Yi menjadi pendampingnya (meski sebenarnya dia bisa saja melakukannya)?

Catatan: Di sini saya menggunakan P. Nanchen untuk merujuk Zhousheng Chen zaman lampau agar tidak bingung dengan Zhousheng Chen versi modern.

Walau memutuskan untuk memilih negaranya, P. Nanchen juga pada akhirnya harus bernasib tragis. Karena usulan Ibu Suri agar merelakan Shi Yi untuk P. Nanchen, Putra Mahkota tidak senang. Dia mengatur siasat dan memfitnah P. Nanchen hendak memberontak sehingga dijatuhi hukuman pencabutan tulang dari tubuh (seram sekali membayangkannya).

Putra Mahkota ini juga bukannya orang yang hidup bahagia. Sejak kecil dipilih menjadi putra mahkota dan dijadikan raja boneka. Setiap hari diberi obat lebih banyak daripada asupan makanannya, yang sebenarnya racun dosis rendah agar dia patuh pada Ibu Suri. Dididik untuk tidak boleh berambisi, tidak boleh menginginkan sesuatu, tidak boleh berpendapat atau membantah. Pokoknya benar-benar bagai robot yang hanya menuruti perintah Ibu Suri. Segala apa yang disenanginya tidak akan bertahan lama, hingga akhirnya ia benar-benar tidak punya keinginan apapun. Hasratnya bangkit ketika akan dijodohkan dengan Cui Shi Yi. Namun, saat tahu pertunangannya dengan Cui Shi Yi ini mau dibatalkan juga, ia melakukan perlawanan dengan berbuat demikian. Sekalipun sebenarnya dia menaruh rasa hormat dan rasa bersalah pada sang paman.

Meski dia berhasil menghukum mati P. Nanchen, dia toh pada akhirnya tidak berhasil memiliki Cui shi Yi juga. Sang calon permaisuri memilih bunuh diri demi cinta dan pengabdiannya pada P. Nanchen, tidak rela dipersunting oleh raja.

Akhir kisah masa lampau P. Nanchen dan Cui Shi Yi memang berakhir tragis, tidak bisa bersatu pada masa itu. Ketika Shi Yi lahir kembali dengan memori masa lampau dan bertemu kembali dengan Zhousheng Chen pujaan hatinya, tanpa ragu dia merangsek maju merasuki hidup Zhousheng Chen tanpa takut risiko bahaya yang mengintainya. Kehidupan Shi Yi dan Zhousheng Chen modern inilah yang kelak diceritakan dalam drama Forever and Ever.

drama one and only

The most touchful quote:

辰此一生 不负天下 唯负十一

Seumur hidup ini Chen tidak pernah mengecewakan dunia, kecuali Shi Yi (sebelas).

Zhousheng Chen (P. Nanchen)

Sebuah kalimat singkat, namun sangat mendalam. Seumur hidup mengabdi pada negara, memenangkan perang demi perang, berakhir difitnah dan dihukum mati, tidak bisa memperjuangkan wanita yang dicintai, mengecewakan hati sang wanita.

Baca juga:  Review Drama Forever and Ever versus Novelnya

Catatan: Kata Shi Yi pada nama Cui Shi Yi homofon dengan Shi Yi yang berarti angka sebelas. Dalam cerita dikisahkan Cui Shi Yi ini juga merupakan murid kesebelas P. Nanchen, sehingga di dalam kediamannya, ia juga dipanggil sebagai Shi Yi (sebelas) oleh guru dan saudara seperguruannya.

Angka sebelas dalam kisah ini memang spesial. Selain disematkan pada nama tokoh, panggilan, juga menyimbolkan judul novelnya (Satu Kehidupan, Satu Reinkarnasi).

Selain menceritakan P. Nanchen, Shi Yi, dan Putra Mahkota, masih ada 1 tokoh lain yang diceritakan belakangan, yakni adik perempuan Putra Mahkota yang menyimpan perasaan terlarang terhadap kakaknya ini. Di kehidupan berikutnya, ia terlahir kembali sebagai adik perempuan tiri (yang sebenarnya sepupu) Zhousheng Chen yang sakit-sakitan, bernama Zhou Wen Xing. Putra Mahkota sendiri di kehidupan modern adalah Mei Xing, sahabat karib sekaligus penasihat hukum pribadi Zhousheng Chen, yang tak pernah lelah membantunya. Kok bisa Mei Xing ini malah jadi sahabat dari orang yang sudah dicelakainya di kehidupan sebelumnya? Nanti akan saya jelaskan di segmen drama Forever and Ever.

One and Only versi drama

drama one and only

Secara garis besar, alur cerita versi drama One and Only dengan novelnya tidaklah berbeda jauh. Hanya diceritakan lebih mendetil, terutama tentang konflik dalam istana yang menjadi pokok masalah tidak bisa bersatunya pasangan guru-murid ini. Yang berbeda dari versi novelnya adalah:

Usia Cui Shi Yi ketika menjadi murid P. Nanchen

Cui Shi Yi dalam novel bertemu pertama kali dan masuk ke kediaman P. Nanchen pada umur 7 tahun. Tinggal di dalamnya dan menerima pendidikan selama 10 tahun. Dalam versi drama, Cui Shi Yi justru digambarkan berusia 16 tahun dan berguru selama 10 tahun juga (kalau tidak salah, CMIIW). Sebenarnya jadi agak rancu sih karena di zaman dulu kan gadis usia 16 tahun justru sudah langsung dinikahkan dan umur 26 tahun belum menikah bisa dijuluki perawan tua. Tapi pemilihan usia ini relate juga dengan kehidupan modernnya dimana Shi Yi bertemu dengan Zhousheng Chen di usia 26 tahun (versi drama).

Kebisuan Cui Shi Yi

Dalam novel Cui Shi Yi sampai akhir dikisahkan bisu total akibat cacat lahir. Versi drama Cui Shi Yi bisu karena trauma berat dan selama berguru pada P. Nanchen akhirnya pelan-pelan bisa mulai berbicara. Wajar sih, soalnya kalau dari awal sampai akhir drama bisu total, dramanya akan membingungkan. Bai Lu nggak ada dialog satu pun, apa jadinya? Hahaha… Selama periode peran jadi bisu saja kedua aktor sudah merasakan kesulitan, apalagi sampai akhir episode? 😂

Sumpah Pangeran Nanchen

Drama One and Only dibuka dengan P. Nanchen yang bersumpah di hadapan rakyat dan prajuritnya bahwa dalam seumur hidupnya kali ini, ia tidak akan menikah dan berketurunan, sepenuh hati mendukung Raja dan tidak ada niatan merebut tahta. Sayangnya sumpah ini di kemudian hari justru menjadi bumerang baginya, tidak bisa berbuat lebih agar bisa bersama Cui Shi Yi.

Baca juga:  My Sunshine Chinese Drama Review: Reuniting The Lost Love

Di versi novelnya, sumpah ini tidak ada. Kegagalan takdir murni karena masalah status dan kondisi mental Putra Mahkota. Saya rasa sumpah ini diadakan untuk memvalidasi kenapa dia tidak berani merebut Shi Yi dan mengambil alih pemerintahan yang sudah chaos. Tidak bisa melanggar sumpahnya sendiri, apalagi sebagai jenderal besar yang menjadi panutan banyak orang.

Saat membaca novelnya, beberapa kali saya tergelitik ingin nonton juga, tapi begitu ingat endingnya yang tragis, saya mengkeret lagi. Hingga saat tulisan ini ditayangkan, saya masih belum menonton drama One and Only ini. Entah bagaimana di kemudian hari, kita lihat saja nanti.

Baik versi drama maupun novelnya, semua tokoh utamanya tidak ada yang berakhir bahagia dan dipertemukan kembali di masa mendatang untuk menebus karmanya masing-masing.

drama one and only

The most touchful quote:

Zhousheng Chen, saya datang untuk menikah denganmu. Jika kita bisa bertemu di kehidupan berikutnya dan kau menikah dengan saya terlebih dahulu, alangkah indahnya bukan? Karena kau tidak berkata apapun, saya anggap kau setuju.

Cui Shi Yi

Dua kutipan yang saya sematkan dalam artikel review drama One and Only ini merupakan pesan terakhir masing-masing tokohnya. Zhousheng Chen menjelang akhir hayatnya dan Cui Shi Yi sebelum ia terjun bunuh diri. Sedih banget ya? Bacanya saja udah sedih duluan, makanya saya belum sanggup buat nonton dramanya. Hiks.

Oh ya, sebenarnya di awal saya ingin merangkum review drama One And Only dan Forever and Ever dalam 1 artikel. Tapi ketika sedang mengetik draft drama Forever and Ever, saya merasa artikel ini bakal kepanjangan dan bisa lebih dari 3 ribu kata. Jadinya saya putuskan untuk memecah artikel menjadi 2 juga. Buat kalian yang mau membaca review drama Forever and Ever versus Novelnya, silahkan klik link ini. Atau kalau mau membaca novel terjemahan bahasa Indonesia bisa dibaca di Wattpad The Red Bible, sudah komplit.

Kawan Mel’s Playroom sendiri apakah sudah ada yang menonton drama One and Only ini? Bagaimana pendapat kalian? Dan jika belum, kalian bisa menontonnya di platform iQiyi Indonesia. Dapatkan juga Free 3 Days VIP Access dengan mengklik tombol berikut.

Terima kasih sudah membaca tulisan saya dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Melissa Tjia

Born in 1988 and currently living as a wife and mom of a couple of kids. Been blogging since 2012 and have collaborated with numerous brands from various industries. In 2018, decided to be a full-time blogger while nursing kids at home. For inquiries please contact hello@melsplayroom.com. Follow my Instagram and Twitter account @melsplayroom for more skincare updates. Let's be friends!

4 Comments

  1. Terima kasih ya sudah buat ulasan perbandingan drama dan novelnya. Soal usia Shi Yi di drama ketika dia jadi murid P. Nanchen, usianya sama dengan ketika P. Nanchen left for the army (disebut di recap cynlynn juga). Jadi berarti sekitar usia 13 tahun. Jadi secara narasi cukup masuk akal kalau pertunangan Shi Yo dengan crown prince mungkin sudah dibatalkan sebelum dia cukup umur untuk biasanya menikah. Anyway, saya sudah kelar baca novelnya sebelum selesai nonton O&O. Sempet merasa berat juga sih lanjutin nontonnya, karena udah tahu how heartbreaking the story would be. Tapi akhirnya tetap lanjut nonton sampai habis dan saya bilang bagus sih. Betul2 sedih banget pas adegan Shi Yi diperintah untuk bertunangan kembali dan seputar P. Nanchen meninggal dan pas Shi Yi tahu. Tapi aktingnya bagus! Walau sedih banget dan sad ending, drama O&O overall tetep bagus. Cobain aja nonton. Sampe episode 14-15, masih cukup happy ceritanya :).

  2. Tolong dong review draman under The power yang main Allen ren & Seven Tan makasih ce

    1. halo say, makasih usulannya tapi maaf nih aku nggak akan nonton drama itu karena episodenya panjang banget dan lagi belum ada waktunya hehehe.. Btw, thanks uda mampir yah.

  3. sama bnget..sy bukan penggemar Allen…bhkn ini drama pertmx yg sy nntn….sy jtuh cinta dluan sm forever n ever…tp lama2 kok sebel sm zhouheng chen yg kaku bnget pdhal sm istri sndri….cm 2x shiyi meluk n d peluk balik sm schen sisax shiyi aja yg meluk.Trus pnasarn sm one n only yg dluan tamat…Eh mlah skrng sy jtuh cinta sm kisah p nanchen….Mnrt sy lbih romantis one n only wlopn sad ending

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Do not copy! Please share the link instead. Thanks!